RINGKASAN EKSEKUTIF
Evaluation of the Integrated Services Pilot Program from Western Australia. by:Peter Hancock, Trudi Cooper, Susanne Bahn
Oleh:
SELVI DIANA MEILINDA
Pascasarjana Manajemen dan Kebijakan Publik, FISIPOL UGM
Integrated Services Centre (ISC) merupakan Proyek percontohan di Metropolitan Pert. Ibukota Australia Barat, memberikan layanan perwakilan lokasi layanan pemerintah dan non-pemerintah (NGO/pihak ke-3) untuk pengungsi yang baru tiba di 2 SD Metropolitan Pert. Dimulai, Didanai, dikoordinasikan oleh The Office of Multicultural Interests of Western Australia (OMI) dengan berbagai lembaga sebagai tanggapan terhadap keprihatinan tentang model pengiriman layanan pengungsi yang ada untuk pendatang kemanusiaan di Australia Barat serta dipertanggungjawabkan oleh Local Coordinating Committees (LCCs).
Sejarah perkembangan Adanya proyek ini karena temuan Working Party mengenai berbagai kesenjangan dalam pemberian layanan yang muncul karena volume dan sifat kebutuhan pendatang kemanusiaan. Perbaikan yang direkomendasikan di daerah pemukiman awal, kesehatan mental dan fisik, pendidikan dan pelatihan, dukungan keluarga dan pembangunan masyarakat. Alasan penting untuk peluncuran ISCs karena telah ditemukan bahwa 6 bulan tidak cukup panjang untuk menjamin intervensi yang berkelanjutan untuk pengungsi yang trauma berjuang di negara baru. Adapun tujuan-tujuannya yakni memberikan layanan terhadap pengungsi secara komprehensif dan intensif, melakukaan koordinasi kepada seluruh instansi pemerintah dan LSM untuk memberikan layanan untuk para pendatang, menyediakan layanan seperti layanan konseling seperti nasehat kesehatan, karir dan kehidupan, sehingga mudah untuk melakukan dukungan, mempromosikan kemitraan dan hubungan antara lembaga pemerintah dan non pemerintah. dimana melibatkan pihak dari pemerintah dan dari LSM. Untuk dalam lingkup sekolah menyediakan lingkungan yang ramah untuk semua anggota keluarga.
Proyek ini difokuskan pada pelayanan pengungsi kemanusiaan karena Pengungsi kemanusiaan seringkali menghadapi permasalahan: penyesuaian budaya yang sama sekali berbeda, bahasa dan sistem nilai. pemukiman kembali, sering menghadapi efek dari trauma masa lalu, mengatasi beberapa instansi pemerintah, sistem pendidikan dan kehidupan sehari-hari (Waxman, 1999; Taylor, 2004 ; Pittaway, 2004, Mitchell, Kaplan, & Crowe, 2006). Proyek ini dilakukan di Pert karena Telah terjadi peningkatan pengungsi dari Afrika secara signifikan antara 1995 dan 2008. Sehingga proyek ISC dikemudikan di dua lokasi, satu di pinggiran utara (ISC1) dan yang lainnya di pinggiran selatan kota Perth (ISC2). ISC1 (utara metropolitan, 2007: 180 IEC siswa) dan ISC2 (selatan metropolitan, 2007: 120 IEC siswa). Untuk itu proyek ini penting dievaluasi karena program ISC di Australia Barat adalah suatu model pelayanan terpadu pertama dimana pelayanan beberapa pengungsi yang akan berlokasi mudah diakses di satu tempat. Hasil evaluasi dan penelitian yang terkait sangat penting untuk memahami bagaimana mengevaluasi pelayanan pengungsi dan permukiman yang lebih baik pada program yang akan datang.
Evaluasi Proyek ISC ini diteliti dengan pendekatan kualitatif. Kekuatan kualitatif adalah: kaya data narasi, menyoroti isu-isu yang dirasakan oleh masing-masing stakeholder, memberikan wawasan dalam bekerja sehari-hari dengan staff ISC (membantu menemukan hasil yang tidak diinginkan), untuk menangkap isu-isu seperti semangat staf, proses pengambilan keputusan manajerial, nuansa budaya dan persepsi (Royse et al). Data kualitatif membantu untuk menjelaskan bagaimana dan mengapa program mencapai hasil yang positif. Akan tetapi, kelemahan Kualitatif sulit mengeneralisasi temuan untuk konteks yang lain. Pengumpulan data dilakukan dalam 2 tahap, sebelum dan sesudah proyek. Sebelum desain (mengumpulkan baseline data 3 bulan setelah proyek dilaksanakan). Ini adalah keterbatasan tahap 1. oleh karenanya konsultasi terus menerus dilakukan selama proses proyek. Sesudah desain(Data dikumpulkan lagi pada akhir Pilot Proyek) konsultasi tahap lebih lanjut dilakukan untuk memastikan bahwa penelitian evaluasi mengatasi masalah yang relevan.
Adapun teknik pengumpulan dan analisi data dilakukan dengan cara wawancara, FGD, observasi partisipan, analisis dokumen program dan risalah rapat LCC serta wawancara melalui telepon dengan wakil-wakil staf dari ISC1 dan ISC2. Selanjutnya data dikumpulkan dengan instansi kunci yang terlibat dalam Proyek dan contoh dari keluarga pengungsi. Sebagian besar data dibersihkan dan dianalisis menggunakan perangkat lunak NVivo untuk mengidentifikasi tema-tema berulang dan bertahan. Informan terdiri dari perwakilan masing-masing Seorang dari Departemen Pendidikan (DET), Seorang dari Departemen Kesehatan (DOH), Departemen Perlindungan Anak (DCP ), kantor Multikultural Kepentingan (OMI), anggota Komite Pengarah yang dipandu Proyek, seorang wakil dari organisasi-organisasi non-pemerintah atau penyedia layanan karena mereka memiliki manajemen langsung dari staf ISC Proyek , semua yang ISC staf, IEC staf (guru, asisten guru) ketika mereka memiliki pengaruh langsung dalam hari-hari menjalankan Proyek, Para Kepala, Wakil Kepala, Sekolah Liaison Officer (ISC2), Staf profesional sekolah psikologi yang memiliki kontak langsung dengan kelompok pengungsi juga sampel, 4 keluarga Afrika, 2 keluarga Sudan, 1 Kongo dan 1 Eritren.
Dari temuan dilapangan yang dilakukan oleh program ISC melihat adanya beberpa temuan yang dihadapi oleh pengungsi penemuan ini ternyata sangat mengejutkan dikarnakan kebanyakan temuan ini mengenai kebiasaan hidup sehari-hari dari para pengungsi. Para pengungsi seperti mengalami shock cultur yang dari dulunya berada di Afrika sekarang berada di Australia kesulitanya antara lain adalah: kesulitan berbicara membaca dan menulis bahasa ingris, pelayanan akses pemerintah seperti bank dll, Transportsi publik, mengunakan mesin cuci/ hair dryer/ toasterma, kebutuhan sandang, pangan dan papan, periksa ke dokter, kesulitan berkendara.
Dengan melihat adanya masalah yang dihadapi oleh para pengungsi maka evaluator memiliki tujuan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Tujuannya sendiri ialah dimana tujuan ini untuk memberikan pelayanan terhadap pengungsi secara komprehensif dan intensif sehingga kebutuhan dan keluhan dari pengungsi dapat dicapai serta melakukan koordinasi kepada seluruh instansi pemerintah dan LSM untuk memberikan layanan bagi para pendatang. bukan cuma itu saja penyediaan layayanan seperti layanan konseling seperti nasehat kesehatan, karir dan kehidupan, sehingga mudah untuk melakukan dukungan serta mempromosikan kemitraan dan hubungan antara lembaga pemerintah dan non pemerintah dimana melibatkan pihak dari pemerintah dan dari LSM.
Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti menangkap akan adanya masalah dalam proses kinerja program ISC, data yang dikumpulkan dari data sebelum dan sesudah ini melihat akan adanya masalah kepemimpinan dan beban kerja dimana beban kerja ISC 2 lebih berat dari pada ISC 1 dikarnakan peran kepemimpinan yang dominan yaitu dinas pendidikan lebih dominan dari pada staf professional. Peran juga menyebabkan masalah juga yaitu tidak adanya kejelasan tentang tugas dan peran sehingga menyebabkan kabur dan saling tumpang tindih.
Dalam evaluasinya para evaluator merekomendasikan beberpa hal yang harus diperhatikan dalam proyek yaitu: Merampingkan persaratan pelaporan, Mengembangkan dan mensepakati operasi standard , kebijakan dan prosedur disemua layanan, Memeriksa kembali beban kerja dan mengalokasi waktu yang cukup untuk partisipasi mereka dalam program ISC, Menilai kembali peran ISC dan staf sekolah, Mengatasi masalah kepemimpinan didalam ISC dan proyek pada umumnya, Proyek selanjutnya diperluas keseluruh Australia Barat.
Sebenarnya dalam diskusi ini ingin melihat apakah program ini akan disebarkan serta mengantisipasi masalah sebelum dilakukannya program dan jika berhasil akan dicarikan pendanaan untuk program yang lebih besar lagi. Sebagai seorang evaluator beberapa pelajaran tentang evaluasi penelitian ini dimana sering para pendonor menginginkan evalusi setelah proyek ini berjalan namun tidak melibatkan pada saat perencanaan dikarnakan untuk mendapatkan kualitas dari baik evaluasi harus dirancang sebelum proyek ini dimulai sehingga bentuk proses evaluasi merupakan bagian tak terpisahkan dari desain proyek itu sendiri. Sarannya adalah evaluator yang ingin memaksimalkan proses evaluasi ialah sejauh mungkin untuk menyesuaikan proses tender mereka agar evaluator dapat terlibat sendiri dalam tahap perencanaan proyek sehingga evaluasi sebagai bagian integral dari proyek.
Sebagai kesimpulan Program ISC adalah proyek yang telah berhasil dilakukan dimana proyek ini memenuhi kebutuhan kompleks dari pengungsi afrika seperti pemberian pelayanan terhadap pengungsi dan proyek ini dapat ditingkatkan lagi dengan cara memperhatikan kepemimpinan,beban kerja, kejelasan terhadap peran dari staf dan meningkatkan pelaporan. Keunggulan dari metode kualitatif ini karena memungkinkan evaluator untuk bekerja sama dengan staf program dari berbagai lemabaga dan stakeholder lainnya sehingga memudahkan evaluator untuk merekomendasikan perubahan dan mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan secara teratur. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar